Jumat, 29 Agustus 2014

ANAK-ANAK MAPIHA SUKA MERANTAU

ANAK-ANAK MAPIHA SUKA MERANTAU

Suka Duka Merantau di Tanah Orang
Hari ini aku menangis sesenggukan, bukan karena putus cinta, bukan seperti itu. Ini mungkin lebih rumit daripada yang aku bayangkan. Awalnya biasa, tak ada pikiran negatif atau buruk terlintas di pikiranku, sampai akhirnya hal ini terjadi. Ini kisah sedih untuk kedua kalinya yang aku alami setelah aku kehilangan laptop di sebuah kos-kosan yang dulu pernah aku tinggali. Sedih bukan kepayang. Jujur aku marah, aku kesal dan aku ingin melampiaskan semuanya. Tapi apa dayaku, aku ini siapa? Tak ada kekuatan bagiku lagi, bahkan untuk berteriak meminta keadilan sekalipun. Aku tak kuasa untuk melakukan hal itu.

Dulu,
Setelah aku lulus sma, aku putuskan untuk merantau ke MAKASSAR. Orang tuaku pasti tidak menyetujui, dan benar adanya. Orang tua mana yang ingin kehilangan anak gadisnya pergi merantau ke kota orang yang tak ada saudara satupun di sana. Tapi aku bersikukuh untuk tetap melanjutkan anganku untuk bisa bekerja di makassar. Orang tuaku murka, terutama ayahku. Ayah yang sangat menyayangiku itu aku biarkan berlinang air mata melepas kepergianku. Aku memang terlalu egois, tak pernah mendengar nasihat orang tua, tak pernah mendengar kata-kata dari setiap orang tentang kejamnya makassar.

Kini, waktu semakin cepat berlalu. Tak terasa sudah satu tahun aku berada di tanah orang, jauh dari ayah, ibu dan adikku. Di sini aku bekerja sebagai staff administrasi di sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang desain interior. Karena kecintaanku terhadap dunia pendidikan, aku mulai mencari peluang untuk melamar kerja menjadi seorang guru. Sebagaimana pendidikan yang pernah aku tempuh dulu sewaktu kuliah yang memang mengambil jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, aku ingin mengamalkan ilmuku. Segala perjuangan telah ku tempuh, mencari kerja kesana-kemari, mungkin Tuhan belum memberi ijin padaku sehingga sampai detik ini aku belum diperkenankan menjadi seorang guru. Sedih memang, tapi alhamdulillah aku sangat menikmati pekerjaanku saat ini sebagai wanita karir.

Hidup di perantauan banyak memberiku pengalaman berarti. Jauh dari orang tua membuatku bisa hidup lebih mandiri, bisa menabung untuk sekedar memberi sedikit harapan pada orang tua. Bisa lebih berani untuk keluar rumah sendiri dan yang pasti mempunyai pengalaman kerja yang luar biasa. Di sisi lain aku hanya seorang wanita biasa, yang membutuhkan perlindungan dan kasih sayang. Suatu hari sepulang kerja, aku kaget setengah mati karena laptop kesayanganku hilang, pada hal kamarku masih rapi, seperti tidak ada tanda-tanda ada maling masuk ke kamarku. Laptop itu merupakan hasil dari uang patungan yang dikumpulkan oleh ayahku, ibuku, dan hasil beasiswaku dulu. Sekarang hilang, entah kemana. Tapi aku berusaha ikhlas, suatu saat pasti akan mendapatkan pengganti yang lebih baik. Sekarang aku pindah kos dan menjalani aktivitas seperti biasa.

Namun hari ini, tiba-tiba aku sangat merindukan ayah dan ibuku beserta adik-adikku yang masih kecil. Semoga mereka baik-baik saja di kampung. dalam waktu dekat ini aku akan pulang kampung melepas rasa rinduku pada mereka. Aku akan buktikan bahwa aku di sini juga baik-baik saja dan pastinya aku ingin membanggakan orang tuaku.
 Rudoo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar