SMA NEGERI 1 DOGIYAI MAPIHA
PRATEK
PRATEK
Budaya adalah suatu cara hidup, tingka laku, cara berbicara dengan
cara berpakaian yang diwariskan turun-temurung oleh nenek moyang suatu suku. Berbicara
tentang mengingatkan ku pada Pratek Sekaolah DI SMA N.1 Dogiyai budaya yang
diadakan oleh sekolah. Berbagai Marga menanpilkan masing-masing.
Pada saat itu aku melihat teman-teman dari suku Mee malu
mengenakan pakaian adatnya, bahkan ada yang tidak sama sekali persis mengenakan
pakaian adatnya. Melihat hal itu, aku termotivasi untuk melestarikan budaya
suku mee yang hampir penuh atau kurang perhatikan oleh generasi penerus suku
Mee. Beberapa hal yang menurutku perlu dilestarikan adalah sebagai berikut :
1)
Bahasa Mee (Mee Mana)
Bahasa Mee adalah bahasa sehari-hari yang digunakan dikalangan suku Mee.
2)
Pakaian adat suku Mee (Koteka Mogee)
Suku Mee memiliki dua pakaian adat. Pertama, Koteka (Mogee adalah sebutan untuk
pakaian adat laki-laki, dan kedua, Mogee (cawat) adalah sebutan untuk pakaian
adat perempuan.
3)
Seni
Suku mee mengenal yang namanya kaido, yaitu alat musik yang terbuat dari jubi,
yang diggunakan untuk menghibur orang yang sedih. Selain itu, kemudian ada
komauga, yaitu nyayian yang dikidungkan oleh suku Mee untuk mendamaikan suasana
yang tidak aman.
Dengan adanya kemajuang teknologi apalagi globalisasi, orang akan
menganggap budaya macam itu sebagai sesuatu yang kuno atau ketinggalan zaman.
Menurutku anggapan itu salah. Yang benar, lestarikan budaya masing-masing agar
budaya kita tidak punah! Kembangkanlah budaya kita agar bisa tetap dikenang
anak cucu kita!
Pada zaman dahulu, yang namanya budaya itu merupakan kebiasaan
sehari-hari atau pekerjaan setiap hari dilakukan oleh orang tua. Sekarang,
karena situasi sudah menjadi modern, semua hal yang dilakukan pada zaman dahulu
mulai terlupakan. Semuanya itu dianggap kuno oleh generasi sekarang.
Bahkan, mereka tidak tahu apa itu budaya. Kegiatan budaya
dianggap sepi. Dalam budaya pengunungan suku Mee, misalnya, dahulu, pada saat
ingin melakukan suatu hal,
mereka harus menghadapi tantangan dan dilarang untuk melakukan
hal yang dilarang, atau dengan perkataan lain, harus menjalani “pantangan”.
Tetapi kini, semua hal itu dianggap tidak ada. Generasi sekarang
kurang mendapat cerita dari generasi terdahulu. Sosialisasi kurang sehingga
Anak-anak zaman sekarang tidak tau apa yang harus dilakukan, tidak tahu “
pantangan”. Belum lagi ada pengaruh luar yang membuat anak-anak perlahan-lahan
lupa akan budayanya sendiri.
Menurut
saya, bila kita meresa bahwa budaya itu pengting, kita harus berusaha menjaga
budaya kita tidak lenyap ditelan waktu dan gensi zaman. Saya ingin sekali
mengenbalikan budaya saya utuh agar saya dapat semakin mengenal asal saya. Jika
tidak mengenal budaya, saya menyangkal orang tua yang membantu saya. Budaya
saya berhubungan erat dengan identitas saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar