.
Berita,Jayapura--Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Dogiyai dinilai lemah dalam pengambilan keputusan pada Pleno, sehingga KPU Papua ambil alih proses Pleno, kemarin malam, Selasa (06/05/14) di salah satu hotel di Jayapura.
Sejak awal mulainya Pleno berlangsung, Ketua KPU Dogiyai, Didimus Dogomo terlihat murung. Usai pembacaan rekapitulasi suara untuk DPR Papua, para saksi seperti Nason Utty dari Partai PPP mengaku tidak sesuai hasil perolehan suara di lapangan.
"Saya punya suara di lapangan 6000, tapi di sini 200 ini apa benar kah? Tolong jelaskan dulu," kata Nason.
Sementara itu Felix Makai di lapangan memperoleh 3500 suara, tetapi saat pleno dirinya diumumkan nol suara. "Saudara ketua KPU, kamu itu benarkah pimpinan lembaga independen atau tidak? Segera sekarang juga kembalikan saya punya suara yang masyarakat berikan kepada saya," tutur Felix Makai, sambil diikuti teriakan saksi lainnya.
Situasi sedikit gaduh. Aduh mulut dari para saksi kepada ketua KPU Dogiyai mulai memanas. Namun, pihak aparat yang bertugas mampu meredahkan. Hingga Bawaslu Papua memutuskan, segala keputusan dari KPU Dogiyai diambil KPU Papua.
Didimus menjelaskan, situasi di Dogiyai ketika menjelang Pemilu sempat memanas karena para Caleg tidak jalankan dengan aturan.
"Proses Pemilu di Dogiyai dilaksanakan tanpa uang. Pemerintah tidak berikan uang. Jadi apa yang saya buat ini untuk mencari uang demi penyelamatan proses Pemilu," kata Didimus.
Usai sidang ditutup, Didimus meninggalkan meja sidang. Sesampai di lantai bawah, terlihat Didimus Dogomo mengancam kepada saksi. "Kamu-kamu ini diam. Ini hak saya," kata Didimus menegur Nason Utty, Felix Makay, Yehuda Gobay serta sejumlah saksi dan Caleg yang sempat hadir.
Akhirnya Didimus diamankan polisi keluar ruang sidang. Ketua KPU Dogiyai dan anggota KPU Dogiyai, Palapianus Kegou juga selama proses pleno itu terlihat saling tidak senang. Aduh mulut terus.
"Kami yang akan lakukan semua tugas dari KPU Dogiyai," kata Tarwinto usai sidang.
Panwaslu Dogiyai tidak memberikan komentar apa pun. Diam, pangku tangan dan nonton.
Sejak awal mulainya Pleno berlangsung, Ketua KPU Dogiyai, Didimus Dogomo terlihat murung. Usai pembacaan rekapitulasi suara untuk DPR Papua, para saksi seperti Nason Utty dari Partai PPP mengaku tidak sesuai hasil perolehan suara di lapangan.
"Saya punya suara di lapangan 6000, tapi di sini 200 ini apa benar kah? Tolong jelaskan dulu," kata Nason.
Sementara itu Felix Makai di lapangan memperoleh 3500 suara, tetapi saat pleno dirinya diumumkan nol suara. "Saudara ketua KPU, kamu itu benarkah pimpinan lembaga independen atau tidak? Segera sekarang juga kembalikan saya punya suara yang masyarakat berikan kepada saya," tutur Felix Makai, sambil diikuti teriakan saksi lainnya.
Situasi sedikit gaduh. Aduh mulut dari para saksi kepada ketua KPU Dogiyai mulai memanas. Namun, pihak aparat yang bertugas mampu meredahkan. Hingga Bawaslu Papua memutuskan, segala keputusan dari KPU Dogiyai diambil KPU Papua.
Didimus menjelaskan, situasi di Dogiyai ketika menjelang Pemilu sempat memanas karena para Caleg tidak jalankan dengan aturan.
"Proses Pemilu di Dogiyai dilaksanakan tanpa uang. Pemerintah tidak berikan uang. Jadi apa yang saya buat ini untuk mencari uang demi penyelamatan proses Pemilu," kata Didimus.
Usai sidang ditutup, Didimus meninggalkan meja sidang. Sesampai di lantai bawah, terlihat Didimus Dogomo mengancam kepada saksi. "Kamu-kamu ini diam. Ini hak saya," kata Didimus menegur Nason Utty, Felix Makay, Yehuda Gobay serta sejumlah saksi dan Caleg yang sempat hadir.
Akhirnya Didimus diamankan polisi keluar ruang sidang. Ketua KPU Dogiyai dan anggota KPU Dogiyai, Palapianus Kegou juga selama proses pleno itu terlihat saling tidak senang. Aduh mulut terus.
"Kami yang akan lakukan semua tugas dari KPU Dogiyai," kata Tarwinto usai sidang.
Panwaslu Dogiyai tidak memberikan komentar apa pun. Diam, pangku tangan dan nonton.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar