Suka Duka Merantau di Tanah Orang
Hari ini aku menangis
sesenggukan, bukan karena putus cinta, bukan seperti itu. Ini mungkin lebih
rumit daripada yang aku bayangkan. Awalnya biasa, tak ada pikiran negatif atau
buruk terlintas di pikiranku, sampai akhirnya hal ini terjadi. Ini kisah sedih
untuk kedua kalinya yang aku alami setelah aku kehilangan laptop di sebuah
kos-kosan yang dulu pernah aku tinggali. Sedih bukan kepayang. Jujur aku marah,
aku kesal dan aku ingin melampiaskan semuanya. Tapi apa dayaku, aku ini siapa?
Tak ada kekuatan bagiku lagi, bahkan untuk berteriak meminta keadilan
sekalipun. Aku tak kuasa untuk melakukan hal itu.
Dulu,
Setelah aku lulus
kuliah, aku putuskan untuk merantau ke MAKASSAR. Orang tuaku pasti tidak
menyetujui, dan benar adanya. Orang tua mana yang ingin kehilangan anak
gadisnya pergi merantau ke kota orang yang tak ada saudara satupun di sana.
Tapi aku bersikukuh untuk tetap melanjutkan anganku untuk bisa bekerja di
makassar. Orang tuaku murka, terutama ayahku. Ayah yang sangat menyayangiku itu
aku biarkan berlinang air mata melepas kepergianku. Aku memang terlalu egois,
tak pernah mendengar nasihat orang tua, tak pernah mendengar kata-kata dari
setiap orang tentang kejamnya Jakarta.
Kini, waktu semakin
cepat berlalu. Tak terasa sudah satu tahun aku berada di tanah orang, jauh dari
ayah, ibu dan adikku. Di sini aku bekerja sebagai staff administrasi di sebuah
perusahaan swasta yang bergerak di bidang desain interior. Karena kecintaanku
terhadap dunia pendidikan, aku mulai mencari peluang untuk melamar kerja
menjadi seorang guru. Sebagaimana pendidikan yang pernah aku tempuh dulu
sewaktu kuliah yang memang mengambil jurusan pendidikan bahasa dan sastra
Indonesia, aku ingin mengamalkan ilmuku. Segala perjuangan telah ku tempuh,
mencari kerja kesana-kemari, mungkin Tuhan belum memberi ijin padaku sehingga
sampai detik ini aku belum diperkenankan menjadi seorang guru. Sedih memang,
tapi alhamdulillah aku sangat menikmati pekerjaanku saat ini sebagai wanita
karir.
Hidup di perantauan
banyak memberiku pengalaman berarti. Jauh dari orang tua membuatku bisa hidup
lebih mandiri, bisa menabung untuk sekedar memberi sedikit harapan pada orang
tua. Bisa lebih berani untuk keluar rumah sendiri dan yang pasti mempunyai
pengalaman kerja yang luar biasa. Di sisi lain aku hanya seorang wanita biasa,
yang membutuhkan perlindungan dan kasih sayang. Suatu hari sepulang kerja, aku
kaget setengah mati karena laptop kesayanganku hilang, pada hal kamarku masih
rapi, seperti tidak ada tanda-tanda ada maling masuk ke kamarku. Laptop itu
merupakan hasil dari uang patungan yang dikumpulkan oleh ayahku, ibuku, dan
hasil beasiswaku dulu. Sekarang hilang, entah kemana. Tapi aku berusaha ikhlas,
suatu saat pasti akan mendapatkan pengganti yang lebih baik. Sekarang aku
pindah kos dan menjalani aktivitas seperti biasa.
Namun hari ini,
tiba-tiba aku sangat merindukan ayah dan ibuku beserta adik-adikku yang masih
kecil. Semoga mereka baik-baik saja di kampong. dalam waktu dekat ini aku akan
pulang kampung melepas rasa rinduku pada mereka. Aku akan buktikan bahwa aku di
sini juga baik-baik saja dan pastinya aku ingin membanggakan orang tuaku.
Penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar